Putri R Sekarini's

Monday 18 April 2016

Uji Asumsi Klasik

Membuat Uji Asumsi Klasik dengan menggunakan aplikasi SPSS.
Read More

Monday 11 April 2016

Praktik Komputer (SPSS)

Membuat Descriptive Statistic dan Compare Mean dengan menggunakan aplikasi SPSS.

Read More

Sunday 7 June 2015

Si Ungu Penghasil Energi


Dari judul ini, tahu kah kamu apa yang akan dibahas? Berwarna ungu dan penghasil energi? Apakah ini salah satu jenis makanan? Bukan, ini adalah suatu jenis bakteri fotosintetik. Mau tahu seperti apa karakteristik, fungsi, dan lain-lainnya? Check this out!

Seperti pada info pada umumnya, tentunya hal yang paling pertama ingin kita ketahui pastilah mengenai “Seperti apakah bakteri yang dimaksud ini?”, mari kita ulas dengan jelas bakteri yang dimaksud. Bakteri fotosintetik yang akan dibahas ini bernama Rhodospirillum rubrum dari famili Rhodospirillaceae. Pada umumnya, mereka memiliki sel-sel berbentuk spiral, mengandung vesikuler, dan memiliki membran fotosintesis yang pipih berlapis (Singleton dan Sainbury). Panjang tubuh mereka berkisar 3-10 mikrometer dengan lebar 0,5-1,5 mikrometer. Karakteristik yang menarik ialah mereka jenis bakteri nonsulfur ungu, disebut bakteri nonsulfur karena mereka dapat menggunakan sulfida sebagai donor elektron untuk pengurangan karbon dioksida, tetapi tidak pada konsentrasi tinggi seperti bakteri sulfur, kemudian warna ungu ini dihasilkan dari rhodovibrin pigmen karotenoid dan spirilloxanthin.selain itu juga Rhodospirillum rubrum ini adalah bakteri gram negatif yang mengandung asam lemak tak jenuh dan jenuh. Biotin merupakan faktor pertumbuhan yang diperlukan untuk R. rubrum serta konten GC adalah 63,8-65,8 %.

Rhodospirillum rubrum

Mereka dapat tumbuh dibawah berbagai jenis kondisi termasuk lingkungan aerobik atau anaerobik. Dalam anaerobik, mereka menggunakan fermentasi atau fotosintesis untuk menghasilkan energi serta pertumbuhan photoautotrophic. Sistem ini yang bekerja dengan baik dalam kegiatan pengaturan translasi dan pasca-translasi kegiatan nitrogenase. Rhodospirillum rubrum ditemukan sebagai yang paling efisien dalam menghasilkan tingkat maksimum membran internal fotosintesis dan fruktose suksinat sebagai sumber karbon dalam kondisi mikroaerofil. Namun, dapat tumbuh dengan CO sebagai sumber energi sendiri. O Struktur CODH yang merupakan pusat dari sistem oksidasi R. rubrum CO telah menjadi model untuk CODHs yang lebih kompleks untuk organisme lain. Selain itu, regulon CO-oksidasi memiliki unik CO-sensing protein, CooA, yaitu "menjadi sebuah paradigma untuk gas-sensor dan regulator transkripsi" (Madison, 1968).


Dengan tidak adanya fruktosa, bakteri hanya menghasilkan 20% tingkat maksimum membran fotosintesis. rubrum mengkonsumsi suksinat dan fruktosa secara bersamaan, namun, selama oksigen-membatasi kondisi, bakteri preferentially dikonsumsi fruktosa. Sel memproses frutose melalui jalur Embden-Meyer-Parnas. Hal ini juga menemukan bahwa di bawah kondisi oksigen-membatasi, NADPH diproduksi sebagian besar oleh transhydrogenase piridin-nukleotida (Madison, 1968).


Rhodospirillum rubrum dapat tumbuh autotropikal atau heterotropikal. Dalam hal ini mereka tidak menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan dari fotosintesis, sehingga merukana phototorph anoxygenic. Unsur sulfur ekstraseluler adalah produk oksidasi akhir dalam R. Rubrum. Bakteri ini telah digunakan dalam banyak penelitian misalnya untuk mempelajari radiasi resistensi bakteri berpigmen dan fiksasi nitrogen. Selain itu, bakteri ini juga mengandung klorofil b dimana klorofil b ini menyerap maksimal pada 660 nm dibandingkan pada 680 nm. Anoxygenic seperti R. rubrum dapat berisi beberapa bacteriochlorophylls, dan sebagian besar bakteri ungu memiliki sebuah bacteriochlorophyll, yang menyerap secara maksimal antara 800 dan 925 nm. Organisme dengan berbagai jenis klorofil berada pada keuntungan, karena mereka dapat lebih banyak menggunakan energi dari spektrum elektromagnetik.

Pada prokariota, pigmen fotosintesis diintegrasikan ke dalam sistem membran internal yang timbul dari invagination dari membran sitoplasma (bakteri ungu). rubrum tidak hanya memberikan mikroba ungu-merah warna, mereka juga membantu mengumpulkan energi cahaya untuk fotosintesis. Berfungsi sebagai pigmen karotenoid aksesori, memainkan peran photoprotective terhadap cahaya terang dan transfer energi ke pusat reaksi yang akan digunakan dalam fotofosforilasi.

Rhodospirillum rubrum dan bakteri lainnya nonsulfur ungu dapat ditemukan dalam pengaturan alam seperti air kolam, lumpur atau sampel kotoran. Bakteri nonsulfur ungu phototrophic ini dapat digunakan dalam proses pengolahan limbah, untuk produksi biomassa sebagai sumber makanan hewan atau pupuk pertanian, dan produksi hidrogen molekul oleh evolusi dari nitrogenase. Mereka dapat digunakan juga sebagai sumber-bebas sistem sel melakukan fotosintesis dan pembentukan ATP, dan untuk produksi vitamin dan molekul organik lainnya.  Selain itu juga dapat digunakan sebgai radiasi resistensi bakteri berpigmen dan fikasasi nitrogen dalam penelitian, sebagai pigmen karotenoid aksesori, dan tentunya berperan dalam transfer energi ke pusat reaksi dalam fotofosforilasi.

Sumber:

Madison, 1963. Nitrogen and Hydrogen Metabolism in Rhodospirillum Rubrum. https://books.google.co.id/books?id=adIyAAAAMAAJ&q=rhodospirillum+rubrum&dq=rhodospirillum+rubrum&hl=en&sa=X&ei=Y7JzVcfxHoufuQT5gYLADg&ved=0CCMQ6AEwAg
Madison, 1968. Nitrogen Fixation by Rhodospirillum Rubrum Grown in Nitrogen-limited Continuous Culture. https://books.google.co.id/books?id=-n_OAAAAMAAJ&q=rhodospirillum+rubrum&dq=rhodospirillum+rubrum&hl=en&sa=X&ei=Y7JzVcfxHoufuQT5gYLADg&ved=0CBsQ6AEwAA
Jiang, Ze-Yu, Brenda G. Bergegas, Yong Bai, Howard Gest, dan Carl E. Bauer. 1998. Isolasi mutan centenum Rhodospirillum cacat dalam koloni motilitas phototactic oleh mutagenesis transposon . "Journal of Bacteriology, vol. 180, no. 5. American Society for Microbiology. (1248-1255) Yildiz, Fitnat H., Howard Gest, dan Carl E. Bauer. 1991. " Analisis genetik fotosintesis pada centenum Rhodospirillum . "Journal of Bacteriology, vol. 173, no. 13. American Society for Microbiology. (4163-4170) 
Read More

Friday 24 April 2015

Mikroba pada Alat Kosmetik yang Digunakan Bersama

Kosmetik kini merupakan benda yang umum kita jumpai dimana saja, khususnya bagi seorang wanita pastinya tidak akan lepas dari yang namanya peralatan kosmetik. Karena seperti yang sudah kita ketahui, kosmetik sangat membantu menutupi kekurangan pada wajah sekaligus membuat penampilan menjadi lebih cantik dan menarik. Namun akhir-akhir ini marak juga kosmetik murah dengan kualitas yang buruk beredar di pasaran, tentunya jika kosmetik tersebut digunakan akan berdampak negatif bagi penggunanya.
Walaupun sudah mencoba untuk berhati-hati dalam memilih kosmetik yang akan dipakai, namun pemicu bakteri tidak hanya disebabkan oleh bahan pembuat kosmetik yang tidak sesuai, juga dikarenakan penggunaan alat kosmetik yang bergantian dengan orang lain. Ahli kecantikan mengingatkan bahwa kosmetik, termasuk lipstik, kuas maskara, spon bedak, pensil alis yang digunakan bersama-sama dengan teman atau keluarga Anda dapat menjadi media penyebaran kuman. Kondisi itu rentan menyebabkan infeksi di seluruh kulit.
Dermatolog Dr Rashmi Shetty mengatakan bahwa kuas dan aplikator kosmetik dapat dengan mudah membawa bakteri dari orang yang satu ke yang lain. Bahkan, wadah yang lembab dan gelap adalah tempat yang sangat cocok bagi bakteri untuk berkembang biak.
“Terkadang spon bedak dapat lembab jika Anda tidak mencuci dan mengeringkannya dengan baik. Hal itu akan menjadi tempat yang baik bagi bakteri untuk berkembang,” ujarnya, dikutip dari Times of India.
Orang yang menderita masalah kulit seperti jerawat dan komedo, harus dengan rajin merawat dan menjaga kebersihan kosmetik yang digunakannya. Kuas dan aplikator kosmetik dapat dengan mudah menjangkau daerah jerawat. Jika Anda berbagi dengan teman Anda yang berjerawat bukan tidak mungkin Anda akan tertular.
“Jadi, gunakan alat-alat kosmetik sendiri dan hindari menggunakan alat kosmetik dari wanita yang menderita masalah kulit yang sama,” ujarnya.
Selain itu, hindari berbagi kosmetik bibir dan mata karena dua bagian wajah itu lebih mudah terinfeksi. Karenanya, jika Anda hendak membeli lipstik atau maskara, jangan tergiur untuk menggunakan produk-produk tester pada mata dan bibir Anda.
Menggunakan kosmetik yang telah kedaluarsa juga dapat menyebabkan infeksi. Kosmetik lama harus dibuang dan diganti sesuai kebutuhan. Biasanya, lipstik memliki umur 2-3 tahun, alas bedak 1-2 tahun, bedak 1-2 tahun, blush on 4-6 bulan, maskara 3-4 bulan, dan eye shadow 3-6 bulan.
Jenis Bakteri yang Terdapat pada Alat Kosmetik:

1.     Bakteri Pseudomonas Aeruginosa

Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Pseudomonas aeruginosa


Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang pendek. P.aeruginosa termasuk bakteri gramnegatif. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapidapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain,tidak berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42˚C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karenakebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammoniumsulfat (untuk nitrogen).
Penyakit yang ditimbulkan Pseudomonas aeruginosa:
o    Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
o    Infeksi saluran kemih.
o    Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
o    Infeksi mata.

Bagaimana bisa menular? 

Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosaakan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindah sebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril.

Seperti apa gejala yang ditimbulkan?

Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat. Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi daerah kemerahan dan pembengkakan. Pseudomonas bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa mata dan cairan lensa.

Apakah ada cara pencegahanannya?

Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi. Serta menggunakan peralatan yang steril untuk penggunaan yang kontak langsung dengan tubuh kita.

Mungkinkah dapat diobati? 

P.aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi obat tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri dengan cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara geografik. Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba. Penisillin bekerja aktif terhadap P. Aeruginosa antara lain : tikarsilin, mezlosilin, dan pipeasilin digunakan dengan dikombinasikan bersama aminoglikosida biasanya gentamisin, tobramisin/ amikasin. Obat lain yang aktif terhadap P. aeruginosa antara lain aztreonam; imipinem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefoperakson aktif melawan P. aeruginosa. Seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi P. Aeruginosa.

2.     Bakteri Staphylococcus aureus

Klasikasi Staphylococcus aureus
Kingdom           :Monera
Divisio              :Firmicutes
Class                :Bacilli
Ordo                 :Bacillales
Family              :Staphylococcaceae
Genus               :Staphilococcus
Species            :Staphilococcus aureus

S.aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat dengan diameter 0,5-0,7 mm dan mempunyai dinding sel yang terdiri dari peptidoglikan, asam teikoik, fibronectin binding protein, clumping factors dan collagen binding protein. Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun hampir 50% dari berat dinding sel. Bakteri ini adalah bakteri psikrofilik dan mesofil yang dapat hidup pada rentang suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35°C – 37°C, suhu minimum 6,7° C dan suhu.

Bagaimana cara penyebarannya?

Staphylococcus aureus terdapat pada rongga hidung, kulit, tenggorokan, dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Kemampuan bakteri atau mikroorganisme lainnya untuk menginfeksi tubuh tergantung pada sistem imunitas tubuh, jika sistem imun kuat, maka bakteri tersebut akan kalah menghadapi sistem imun tersebut, demikian juga sebaliknya. Sedangkan jika sistem imun kalah, maka dapat terinfeksi adanya bakteri tersebut. Mengapa bakteri ini termasuk berbahaya? Karena bakteri jenis ini termasuk mudah dalam penyebarannya. Dimana dapat masuk melalui jerawat, melalui makeup yang pemakaiannya bergantian, melalui membran mata atau hidung, dan lain sebagainya.

Apa saja gejalanya?

Adapun gejala dan penyakit yang dapat timbul antara lain adalah mual-mual, bengkak merah,  demam tinggi mendadak, diare, sakit kepala, ruam, dan nyeri otot, sedang ermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.
Bahan makanan yang disiapkan menggunakan tangan, seperti penyiapan sayuran mentah untuk salad, berpotensi terkontaminasi S. aureus. Jenis makanan lain yang sering terkontaminasi oleh S. aureus adalah daging dan produk daging, ayam, telur, salad (telur, tuna, ayam, kentang, dan makaroni), produk bakeri, pastry, pai, sandwich, serta susu dan produk susu. Keracunan oleh S. aureus diakibatkan oleh enterotoksin yang tahan panas yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Untuk mencegah pertumbuhan S.aureus adalah dengan cara pemberian zat antimikroba, beberapa antimikroba adalah ekstrak etanol daun sirih merah, karena memiliki sifat antibakteri gram positif dan negatif, ekstrak tanaman meniran dengan kadar konsentrasi 60% karena kandungan senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Selain itu ada juga bawang putih dsb yang bersifat antibacteri.

Seperti apa cara pencegahannya?

Terjadinya penyakit akibat infeksi bakteri adalah diakibatkan ketahanan tubuh tidak kuat menahan invasi bakteri S.aureus. Sehingga untuk menghindari tidak terinfeksi bakteri adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat. Selain itu untuk pencegahan dapat juga dengan menjaga kebersihan makanan dan tubuh, karena bakteri tersebut terdapat pada berbagai macam tempat, seperti kulit, udara, makanan, dsb. Jika terlanjur, untuk mengurangi resiko infeksi oleh kuman S. aureus adalah dengan mengembalikan fungsi dari bagian tubuh yang terluka, mengurangi risiko terjadinya infeksi dan meminimalkan terbentuknya bekas luka dengan cara melakukan beberapa tindakan dasar seperti mencuci tangan, membersihkan luka, membersihkan kulit disekitar luka, menutup luka, mengganti perban sesering mungkin dan pemakaian gel yang mengandung antibiotic.


Berita

Salah satu masalah kesehatan yang cukup mencengangkan dialami oleh seorang ibu muda di Australia setelah meminjam peralatan kosmetik milik sahabatnya. Ibu muda bernama Jo Gilchrist tersebut awalnya ingin tampil cantik ketika menyambut hari Valentine di tahun 2015. Sempat merasa kurang pede dengan kondisi jerawat di wajahnya, akhirnya Jo memutuskan untuk meminjam brush make up milik sahabatnya.

Setelah menggunakan brush make up sahabatnya untuk menyamarkan jerawat, wanita berusia 27 tahun ini sempat merasakan sedikit rasa sakit di bagian punggungnya. Namun kala itu Jo tidak terlalu menggubris rasa sakit tersebut karena ia menganggap rasa sakit tersebut adalah akibat dari gestur tubuhnya yang kurang tepat. Lama kelamaanrasa sakit di bagian punggung tersebut semakin parah dan membuat Jo tidak dapat beraktivitas. Ia bahkan sempat menyatakan bahwa rasa sakit tersebut jauh lebih parah daripada rasa sakit saat melahirkan. Dengan keadaan kesehatan yang memburuk, akhirnya Jo Gilchrist dipindahkan dari tempat tinggalnya di Warwick ke Brisbane supaya bisa segera mendapatkan penanganan darurat.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium dan analisis dokter di Rumah Sakit Princess Alexandra Brisbane, terungkaplah fakta bahwa Jo terjangkit infeksi yang disebut MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus) atau yang dikenal dengan istilahstaph. Pada kondisi tubuh yang normal dan sehat, setiap manusia biasanya membawa bakteri staph pada bagian hidung atau kulit. Bakteri staph bisa berpindah dari satu orang ke orang lainnya melalui sentuhan langsung atau penggunaan handuk, peralatan kebersihan dan kosmetik secara bergantian. Bakteri ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terdapat pada jerawat, bisul atau bagian kulit yang sedang terbuka. Walaupun tidak berbahaya untuk orang normal, namun orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang leah justru bisa mengalami masalah infeksi yang serius karena bakteri staph. Seperti kejadian yang dialami oleh Jo Gilchrist. 

            

Kini Jo Gilchrist masih mendapatkan penanganan intensif dan harus menghabiskan waktunya di kursi roda setiap hari. Jo bahkan mengalami mati rasa dari bagian perut hingga kaki serta tidak memiliki kontrol yang baik terhadap organ usus dan kandung kemihnya. Tidak mengherankan kalau hal ini membuat Jo mengalami ngompol dan BAB tanpa mampu mengontrolnya. Jo Gilchrist masih berjuang untuk menjalankan terapi berjalan agar bisa normal seperti sediakala. Ia tidak menyalahkan temannya atas kejadian ini sebab ia sadar bahwa kesalahan terletak pada sistem kekebalan tubuhnya yang sedang melemah.



Sumber:
http://Harianjogja.com/
http://buletinkesehatan.com/bakteri-inilah-yang-biasanya-ditemukan-pada-peralatan-make-up/
Read More

Monday 5 January 2015

“Tugas UAS MEDTEK UIN Jakarta TA 2014/2015“

Assalamu 'alaikum. Wr. Wb. Saya Putri Rahayu Sekarini mahasiswi Pogram Studi Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kali ini saya mengupload sebuah Multimedia Interaktif pembelajaran Biologi mengenai bab Mutasi yang dipelajari jenjang SMA kelas 12, selain itu juga ada buku pembelajaran Mutasi. Saya membuat buku dan multimedia pembelajaran dengan tampilan yang menarik agar pembaca tidak merasa bosan untuk mempelajari bab Mutasi. Semoga bermanfaat :)
Read More

Friday 5 December 2014

Media dan Teknologi Pembelajaran - Buku

New Project: Book Of Mutation

this is my latest project on Media and Technology Learning's study.
check it on Book Of Mutation  cover  Mind Map
Read More

Genetika - Interaksi Sel

Presentasi Interaksi Gen


berikut ini merupakan file PPT mata kuliah Genetika yang membahas tentang Interaksi Gen. check it out!
click on this link for download  PPT Interaksi Gen
Read More

© Putri R Sekarini's, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena